A. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi . Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.
Indonesia, salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati terbesar di dunia.
Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan dan suhu panas selama jutaan tahun ini kemudian mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.
1. Pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan
Pemanfaatan sumber
daya alam berkelanjutan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan
mengelola sumber daya alam secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia di masa sekarang dan di masa depan.pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan didasarkan pada dua prinsip yaitu SDA terutama SDA yang tidak
dapat di perbaharui memiliki persediaan yang terbatas dehingga harus dijaga
ketersediaanya dan gunakan secara bertanggung jawab. kedua pertambahan penduduk
setiap tahun meningkat maka kebutuhan hidup akan meningkat pula oleh karena itu
potensi sumber daya alam harus mendukung kebutuhan sekarang dan kebutuhan masa
depan.
contoh
penerapan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
1.Mengurangi ekploitasi
berlebihan terhadap alam
2.Menggunakan SDA secara
efisien
3.Pemanfaatn SDA sesuai
dengan daya dukung lingkungan
4.Pengelolaan barang
tambang sebelum di ekspor aga memiliki nilai jual yang tinggi dan
mengurangi pengunana barang tambang
5.Pengelolaan SDA
berdasarkan prinsip ekofiensi ( prinsip yang menggunakan SDA dengan biaya yang
murah dan meminimalkan dapak negatif terhadap lingkungan.
Sumber
daya alam dapat dilihat dari 3 kemungkinan pemulihannya :
1.Sumber
daya alam yang dapat dipulihkan (renewable flow resources)
2.Sumber
daya alam yang tidak dapat dipulihkan (nonrenewable atau stock resources)
3.Sumber
daya alam yang tidak akan habis atau punah (continous atau inhausetable
resources)
a. Pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan
adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi,
studi hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan
telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktek
produksi tanaman dan hewan dalam
sebuah lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut:
- Memenuhi
kebutuhan pangan dan serat manusia
- Meningkatkan
kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian
- Menggunakan
sumber daya alam tidak terbarukan secara sangat efisien
- Menggunakan
sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan
memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan
- Meningkatkan
kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan
Namun tahap menuju pertanian berkelanjutan seringkali
dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap
bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara
ekonomi yang dicapai dengan: penggunaan energi yang lebih sedikit, jejak ekologi yang
minimal, barang berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal yang
meluas dengan rantai
pasokan pangan singkat, bahan pangan terproses yang
lebih sedikit, kebun komunitas dan
kebun rumah yang lebih banyak, dan sebagainya.
Salah satu contoh pertanian berkelanjutan adalah :
a. Pranoto Mongso (Jawa)
Pranoto
mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para tani pedesaan yang
didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk mengolah
pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional maka pranoto mongso ini
memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam
dalam mongso yang bersangkutan, tidak
memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun
sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui
perhitungan pranoto mongso maka alam dapat menjaga keseimbangannya.
Dengan
adanya pemanasan global sekarang ini yang juga mempengaruhi pergeseran musim
hujan, tentunya akan mempengaruhi masa-masa tanam petani. Namun demikian
pranoto mongso ini tetap menjadi arahan petani dalam mempersiapkan diri untuk
mulai bercocok tanam. Berkaitan dengan tantangan maka pemanasan global juga
menjadi tantangan petani dalam
melaksanakan pranoto mongso sebagai suatu
kearifan lokal di Jawa.
b. Nyabuk Gunung.
Nyabuk
gunung merupakan cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk
menurut garis kontur. Cara ini banyak dilakukan di lereng bukit sumbing dan
sindoro.
Cara ini merupakan suatu bentuk konservasi
lahan dalam bercocok tanam karena menurut garis kontur. Hal ini berbeda dengan
yang banyak dilakukan di Dieng yang bercocok tanam dengan membuat teras yang
memotong kontur sehingga mempermudah terjadinya longsor.
c. Tumpang sari
Sistem ‘tumpangsari’ adalah praktek penanaman
beragam biji-bijian sebagai bagian dari peladangan berpindah yang banyak meniru
kompleksitas dan keragaman sistem vegetasi wilayah sub-tropis dan tropis. Model
pertanian ini dilakukan dengan cara menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda
dalam suatu areal atau petak tanah secara bersamaan.Pada awalnya, sistem
pertanian ini dianggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan ilmu pertanian
modern karena tidak efisien secara kuantitas dan kualitas hasil yang akan
didapatkan.
Akan tetapi terdapat tujuan yang baik dan penting adanya kearifan
lokal ini, yaitu untuk melindungi tanah dari sinar matahari langsung, mengurangi
pemanasan langsung pada permukaan tanah, menjaga permukaan tanah dari proses
erosi, penggunaan volume tanah secara efisien dan mengurangi kerentananan tanah
dari hama dan serangga perusak. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan
kecepatan tumbuh beragam tanaman tersebut membuat tanah menjadi permanen, di
samping itu juga karena tanahnya selalu ditutupi oleh tanaman tersebut secara
terus menerus serta sistem akar tanaman tersebut yang bervariasi.
d.Budi Daya Padi Organik
budi daya padi orgaik salah satu contoh dari pertanian berkelanjutan.
d.Budi Daya Padi Organik
budi daya padi orgaik salah satu contoh dari pertanian berkelanjutan.
b. Pertambangan Berkelanjutan atau Sustainability Mining
Wilayah Indonesia dikenal memiliki potensi tambang yang besar di dunia. Data pada akhir 2008 menunjukkan bahwa sumber daya batubara mencapai 104.760 juta ton, emas sebesar 4.250 ton, tembaga sebesar 68.960 ribu ton, timah sebesar 650.135 ton dan nikel sebesar 1.878 juta ton (ESDM, 2009). Penerimaan negara langsung dari subsektor pertambangan umum pada tahun 2009 sekitar Rp51 triliun, yang terdiri atas penerimaan Negara bukan pajak lebih kurang Rp15 triliun, dan sisanya merupakan penerimaan negara pajak. Investasi pertambangan tahun 2009 mencapai US$1,8 miliar atau naik sebesar 9,5% dari angka tahun sebelumnya sebesar US$1,6 miliar (ESDM, 2009).
Sumberdaya mineral mempunyai implikasi yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat karena sumberdaya mineral merupakan aset yang memberi harapan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu eksploitasi sumberdaya mineral merupakan kesempatan bagi masyarakat. Dengan demikian industri pertambangan merupakan industri alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi lain industri pertambangan juga merupakan industri yang menimbulkan berbagai perubahan drastis terhadap lingkungan sehingga merupakan ancaman terhadap kelestarian fungsi-fungsi lingkungan dan fungsi-fungsi kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif sektor pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-potensi negatif ini, sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat (Agenda 21, 2001).
Kegiatan usaha pertambangan memiliki cirri-ciri, yaitu non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi ekonomi lain pada umumnya. Karena salah satu cirinya tidak dapat diperbaharui maka pengusaha pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan (Poerwanto, 2007).
Hotteling dalam Stiglitz (2007) menawarkan kerangka utuk menentukan waktu paling tepat mengeluarkan sumber alam dari perut bumi. Teori ini sebagai basis dari ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih secara optimal. Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak sumberdaya mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Implementasi dari teori bagi pihak perusahaan pertambangan adalah untuk mendapatkan produksi sumberdaya mineral secara optimal harus mampu menentukan berbagai faktor produksi yang tepat dengan kendala waktu dan stok (deposit). Sedangkan bagi pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini, negara harus bersikap mengabaikan terhadap sumberdaya mineral, apakah akan mengekstrak sekarang atau pada masa yang akan datang. Jadi sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan terhadap eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak semata-mata berorientasi ekonomi (economic oriented) tetapi juga harus mempertimbangkan secara integral baik itu dampak lingkungan, sosial, kesiapan kelembagaan baik pemerintah maupun masyarakat lokal.
Mengingat sifat tidak terbarukan yang terkandung dalam sumberdaya mineral, maka eksploitasi sumberdaya mineral harus mampu menciptakan prakondisi dan kemampuan–kemampuan agar masyarakat dapat melanjutkan pembangunan setelah sumberdaya mineral habis di eksploitasi. Proses untuk menciptakan prakondisi dan proses peningkatan kemampuan–kemampuan masyarakat secara berkelanjutan inilah yang dimaksud sebagai proses transformasi sosial. Dengan kata lain, penerapan azas pembangunan manusia berkelanjutan dalam eksploitasi sumberdaya mineral adalah untuk menciptakan proses transformasi sosial secara berkelanjutan.
Ada berbagai macam resiko di bidang pertambangan yaitu resiko geologi (eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), resiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (rate of return) yang lebih tinggi (Poerwanto, 2007).
Kegiatan pertambangan memiliki sejumlah dampak penting bagi lingkungan. Rencana kegiatan penambangan dan pengolahan hasil yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkannya. Kegiatan tambang terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi, produksi dan pasca tambang:
Sebagai negara penganut “paham” sumber daya alam untuk
kesejahteraan rakyat, Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan
berkelanjutan yaitu mengolah kekayaan sumberdaya alam dan energi secara
bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari dan bermutu tinggi. Lingkungan
yang lestari, pembangunan akan tetap berlangsung dari generasi ke generasi, dan
lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki
rasa bijak lingkungan yang besar (Naiola, 1996). Usaha pertambangan
mineral tidak hanya sekedar pemenuhan keuntungan (aspek ekonomi) dari
pengelolaan sumber daya mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan
sosial dan lingkungan.
Kebutuhan Sosial
Dalam konteks industri pertambangan, misalnya dengan memberikan kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian pinjaman modal (peningkatan sumberdaya kapital), penyediaan berbagai fasilitas yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok masyarakat miskin, masyarakat di perdesaan, wanita dan anak-anak, ataupun kelompok masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan kemiskinan dapat terealisasi. Intinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Kecenderungan yang terjadi dalam pembangunan ekonomi adalah tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan sumberdaya yang tidak memiliki harga, seperti nilai-nilai intrinsik sumberdaya alam maupun beban sosial masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya. Tidak adanya penilaian terhadap sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan eksternalitas-eksternalitas tersendiri (terutama eksternalitas negatif) yang sangat merugikan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat harus menanggung beban/biaya sosial yang timbul dalam setiap pemanfaatan sumberdaya tanpa sedikitpun diberi “kompensasi”. Beban/biaya sosial terbesar yang harus ditanggung oleh masyarakat saat ini maupun masyarakat dimasa yang akan datang adalah penurunan kualitas kehidupan dan lingkungan, yang tentu saja dalam jangka panjang tidak menjamin pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan (tujuan ekosistem dalam pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai).
penilaian terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan (baik nilai ekstrinsik maupun intrinsiknya) sangat diperlukan untuk menghindari, setidaknya mengurangi, eksternalitas. Jikalau eksternalitas telah terjadi, maka upaya-upaya internalisasi berbagai dampak keluar (eksternalitas) harus dilakukan, misalnya dengan bentuk-bentuk kompensasi. Dengan demikian, segala aktifitas yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun efisiensi kapital (tujuan ekonomi) akan tetap memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan.
Untuk dapat mengelola sumberdaya secara berkelanjutan, kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumberdaya, perlu memperhitungkan mereka yang masih bergantung kepada sumberdaya tersebut, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, akan memberikan dampak yang buruk terhadap kemiskinan dan mempengaruhi keberhasilan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya dan lingkungan.
Selain itu, masalah hak kepemilikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumberdaya yang efisien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang dimiliki oleh umum (tidak jelas hak kepemilikannya) telah mengarah pada sumberdaya akses terbuka (open access), dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa sedikitpun mempunyai insentif untuk memelihara kelestariannya. Pengukuhan hak-hak kepemilikan akan memperjelas posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian (upaya konservasi) dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari intervensi maupun ancaman dari pihak luar.
Kebutuhan Lingkungan
Pengelolaan limbah pertambangan mineral yang telah dilakukan oleh perusahaan pertambangan masih belum mampu mengatasi terjadinya degradasi kualitas lingkungan bio-fisik dan masalah social kemasyarakatan, meskipun beberapa kegiatan pertambangan telah berorientasi pada industri bersih yang berwawasan lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar pertambangan dapat terjadi setiap saat, sehingga manajemen pengelolaan limbah yang efektif menjadi indikator keberlanjutan usaha pertambangan mineral.
Sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan diharapkan dapat mencegah dampak pencemaran terhadap daya dukung lingkungan, perubahan perilaku sosial kemasyarakatan serta pertumbuhan sektor ekonomi informal yang tidak terkendali. Untuk itu seyogyanya pengelolaan lingkungan pertambangan mineral dituangkan dalam suatu kebijakan yang sistematis dan terarah secara berkelanjutan
c. Industri Berkelanjutan
Era industrialiasi yang saat ini terjadi, membawa perubahan baru bagi
pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Saat ini, sektor
industri merupakan sektor prioritas yang diharapkan mampu menjadi katalis bagi
pertumbuhan ekonomi, Di Indonesia, kontribusi sektor industri terhadap PDB
(Produk Domestik Bruto) diperkirakan mencapai 24,3%, lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor
lainnya. Sektor industri juga berperan strategis dalam meningkatkan daya saing
ekonomi, karena sektor ini berperan penting dalam upaya perluasan lapangan
kerja, pemasukan ekonomi, sampai pada pengurangan tingkat kemiskinan nasional.
Derasnya upaya untuk terus mengembangkan industri nasional, di sisi lain
ternyata membawa dampak negatif terutama pada sektor lingkungan. Dampak negatif
ini karena sektor industri seringkali menyebabkan pencemaran udara, air, suara,
dan sampah bagi lingkungan sekitarnya. Dengan kerusakan lingkungan ini, efek
selanjutnya adalah menurunnya kualitas kehidupan masyarakat karena degradasi di
sektor lingkungan menyebabkan banyak aktivitas menjadi tidak bisa dilakukan.
Apabila kita bercermin ke belakang, beberapa kerusakan lingkungan terjadi
disebabkan oleh buruknya penanganan terhadap lingkungan yang berasal dari
sektor industri Beberapa kejadian ini diantaranya adalah kasus pencemaran Teluk
Buyat di Sulawesi akibat dari pembuangan limbah tailing, pembuangan limbah
pabrik di Sungai Cikijing selama puluhan tahun, maupun pencemaran akibat
penambangan emas di sepanjang sungai di Kalimantan.
Dari fakta tersebut, dapat dilihat bahwa
pembangunan industri dan upaya pelestarian lingkungan masih sering dilihat
seperti dua sisi koin yang bertentangan. Padahal apabila mau disadari, aspek
industri dan lingkungan hidup bisa berjalan secara sinergis maupun sinkronis
untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan kualitas lingkungan, akan sangat
membantu sektor industri dalam membangun daya saingnya, begitu juga sebaliknya.
Sehingga, untuk bisa terus berkelanjutan, industri harus memasukkan aspek
lingkungan hidup ke dalam hitungan atau analisa pembangunan dan pengembangan
industri tersebut. Dari pemahaman ini, selanjutnya dikembangkan suatu
konsep yang diterapkan dalam pembangunan industri, yaitu konsep Eco-Industry atau industri
ramah lingkungan yang bisa diartikan bahwa suatu kegiatan industri harus
memperhatikan aspek lingkungan dalam pengoperasiannya, mulai dari rantai awal
produksinya sampai pada ketika produk tersebut dipasarkan.
Di Indonesia adanya industri ramah lingkungan
menjadi suatu keharusan karena sektor industri masih sering membawa dampak
negatif bagi sektor lingkungan. Sampai saat ini dapat dilihat bahwa 30% limbah
cair yang dibuang ke sungai berasal dari industri, kemudian emisi yang
dihasilkan oleh sektor industry sebesar 27% dari total emisi nasional. Begitu
juga apabila kita melihat tingginya konsumsi energi yang dilakukan oleh pihak
industri, yaitu sebesar 49,4% dari total konsumsi energi nasional. Tingginya
tingkat konsumsi energi ini akan membawa dampak yang merugikan baik bagi pelaku
industry karena harus membayar biaya yang mahal untuk energi, maupun bagi
negara yaitu dengan menipisnya cadangan energi. Hal inilah yang perlu mendapat
perhatian serius bagi bangsa ini, yaitu bagaimana caranya agar sektor industri
tersebut melakukan konservasi energi. Apalagi di tengah ancaman krisis energi
yang terus membayangi, semakin membuat industri di Indonesia harus bisa mencari
cara untuk mengoptimalisasi energi yang ada. Dengan penerapan konsep Eco-Industry ini diharapkan
juga bisa membuat industri semakin kompetitif karena industri akan bisa
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber dayanya, yang akan berpengaruh
pada struktur biaya di industri tersebut. Hal ini nantinya akan mempengaruhi
harga produk industri tersebut menjadi lebih kompetitif, dan daya saing dapat
ditingkatkan.
Penerapan Eco-Industry di Indonesia dapat
dilakukan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk penerapan jangka
pendek, dilakukan melalui penerapan standar lingkungan khusus yang mengatur
industri di Indonesia mulai dari regulasi sampai pada pengklasifikasian
mengenai industri ramah lingkungan beserta komponen-komponen untuk menilainya.
Hal ini dilakukan agar penilaian untuk industri ramah lingkungan benar-benar
terstandar. Selain itu, dari klasifikasi yang dilakukan kemudian dibuat
sistem insentif bagi pelaku industri yang ramah lingkungan dan disinsentif bagi
industri yang merusak lingkungan. Insentif yang dilakukan misalkan melalui
insentif pemotongan pajak kepada industri yang taat lingkungan berdasarkan
klasifikasi yang sebelumnya dibuat. Hal ini agar pihak industry bisa lebih
terdorong untuk menerapkan prinsip Eco-Industry. Secara jangka panjang, penerapan
prinsip Eco-Industry
dilakukan melalui pengembangan Eco-Industrial Park, yang merupakan kawasan
industri ramah lingkungan. Pengembangan kawasan ini berdasarkan klasterisasi
industri yang ada di Indonesia agar kawasan tersebut bisa menjadi kawasan yang
kompetitif dengan peningkatan performa ekonomi, maupun dapat berintegrasi
dengan komunitas dan lingkungan sekitarnya.
Berikut kegiatan kearifan lokal di bidang
indutri:
a. Adanya pembatasan
penggunaan hutan di Kalimantan dan Jawa
b. Adanya pelarangan
untuk kegiatan industri pada daerah tertentu
c. Adanya
pengembangan industri hasil seni suatu daerah
d. Adanya pelarangan
menggunakan bahan-bahan kimia dalam mengolah industri
e. Pemanfaatan hasil
alam dalam pengolahan industry
d. Pariwisata berkelanjutan
Pariwisata
apapun jenis dan namanya, hendaknya dapat dibangun dan dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Menurut United Nation (2002)
prinsip-prinsip tersebut adalah:
- Prinsip pertama adalah pembangunan pariwisata harus dapat dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal , visi pembangunan pariwisata mestinya dirancang berdasarkan ide masyarakat lokal dan untuk kesejahteraan masyarakat lokal . Pengelolaan kepariwisataan yang telah dibangun mestinya juga melibatkan masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal akan merasa memiliki rasa memiliki untuk perduli terhadap keberlanjutan pariwisata. Masyarakat lokal harusnya menjadi pelaku bukan menjadi penonton.
- Prinsip kedua adalah menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Kepentingan pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah tujuan yang didasarkan atas kerelaan untuk membentuk kualitas destinasi yang diharapkan oleh wisatawan. Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid. Komunitas yang dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata, dan organisasi kemasyarakat yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat di mana destinasi pariwisata dikembangkan.
- Prinsip ketiga adalah pembangunan harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik. Pelibatan para pemangku kepentingan harus dapat menampung pendapat organisasi kemasyarakatan lokal , melibatkan kelompok masyarakat miskin, melibatkan kaum perempuan, melibatkan asosiasi pariwisata, dan kelompok lainnya dalam masyarakat yang berpotensi mempengaruhi jalannya pembangunan.
- Prinsip keempat adalah, memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan menengah. Program pendidikan yang berhubungan dengan kepariwisataan harus mengutamakan penduduk lokal dan industri yang berkembang pada wilayah tersebut harus mampu menampung para pekerja lokal sebanyak mungkin.
- Prinsip kelima adalah, pariwisata harus dikondisi untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya dalam masyarakat artinya pariwisata harus memberikan dampak pengganda pada sector lainnya, baik usaha baru maupun usaha yang telah berkembang saat ini.
- Prinsip keenam adalah adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai pencipta atraksi wisata dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu dibangun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
LOMBOK |
- Prinsip ketujuh adalah, pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan datang. Adanya anggapan bahwa pembangunan pariwisata berpotensi merusak lingkungan jika dihubungkan dengan peningkatan jumlah wisatawan dan degradasi daerah tujuan pariwisata adalah sesuatu yang logis (Hunter dan Green, 1995). Wujud hubungan ini adalah konsep tentang daya dukung yang menunjukkan suatu pendekatan manajemen yang memungkinkan pertumbuhan dalam batas yang dapat diterima (Johnson dan Thomas, 1996).
- Prinsip kedelapan adalah pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi. Strategi manajemen kapasitas akan menjadi pilihan yang terbaik, walaupun saat ini masih mengalami kontroversi yang cukup tajam. Konsep ini merupakan kebutuhan yang semestinya diakui untuk membatasi dan menjadi kendali atas dimensi-dimensi pembangunan pariwisata yang dapat mengancam berkelanjutan penggunaan sumber daya yang terbatas, pada saat yang bersamaan, konsep tersebut berhadapan dengan keinginan untuk memaksimalkan peluang sebagai tujuan pertumbuhan dan mewujudkan manfaat potensial yang terkait dengan pengunjung yang semakin meningkat.
- Prinsip kesembilan adalah harus ada monitoring dan evaluasi secara periodic untuk memastikan pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembagunan berkelanjutan. Mestinya pembagunan pariwisata dapat diletakkan pada prinsip pengelolaan dengan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas social, dan kapasitas sumberdaya yang lainnya sehingga dengan penerapan manajemen kapasitas dapat memperpanjang daur hidup pariwisata itu sendiri sehingga konsepsi konservasi dan preservasi serta komodifikasi untuk kepentingan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dan pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
- Prinsip kesepuluh adalah harus adalah keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan air bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumberdaya lainnya harus dapat dipastikan tidak disalah gunakan
- Prinsip kesebelas adalah melakukan program peningkatan sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata sehingga dapat dipastikan bahwa para pekerja siap untuk bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga program sertifikasi akan menjadi pilihan yang tepat.
- Prinsip keduabelas adalah terwujudnya tiga kualitas yakni pariwisata harus mampu mewujudkan kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya pariwisata harus mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity” kepada para penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of experience”.
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prisip Ekoefisiensi
Prinsip eko-efisiensi
adalah bahwa bahan dan energi yang tidak termanfaatkan dalam suatu sistem
proses produksi akan terbuang menjadi limbah (padat,cair, dan gas) dan
menyebabkan peningkatkannya social cost untuk proses lanjutannya,
dengan meningkatkan efisiensi semakin banyak bahan dan energi yang
termanfaatkan dalam proses produksi sehingga semakin sedikit yang terbuang.
Ditinjau dari aspek ekonomi, peningkatan efisiensi akan mengurangi bahan baku
sebagai faktor produksi dan energi yang dibutuhkan, sehingga biaya produksi
turun dan berpotensi untuk meningkatkan profit. Sedangkan dari aspek lingkungan
hidup berarti makin sedikit bahan baku dan energi yang terbuang percuma,
sehingga semakin sedikit limbah yang dihasilkan maka dampak terhadap lingkungan
hidup dapat ditekan. Hal itu dapat diterapkan dalam
pemanfaatan Hutan, Lahan Pertanian, Tambang, Air,
Industri, dan Pemenuhan Sumber Energi
a. Sumber Daya Pertanian
Pola tanam merupakan pengaturan lahan pertanian.Pola
tanam adalah pengaturan peggunaan lahan pertanian dalam jangka waktu
tertentu.Pola tanam dibedakan sebagai berikut.
1)Monokultur
|
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah
salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman
pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad
ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian
industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan
biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya
adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman
(OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Pertanaman campuran atau polikultur adalah usaha
pertanian yang membudidayakan berbagai jenis tanaman pertanian pada lahan yang
sama. Sistem ini meniru keanekaragaman ekosistem alami dan menghindari
pertanaman tunggal atau monokultur. Tumpang sari dan wanatani termasuk ke dalam
praktek pertanaman campuran. Polikultur merupakan salah satu prinsip
permakultur. Polikultur membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, namun memiliki
keuntungan lebih dibandingkan monokultur:
2)Multikultur
|
Keanekaragaman tanaman pertanian menghindari penularan
penyakit tanaman secara luas seperti yang umum terjadi di pertanian monokultur.
Sebuah studi di China melaporkan bahwa penanaman beberapa varietas padi dalam
satu lahan meningkatkan hasil dikarenakan turunnya persebaran penyakit,
sehingga pestisida tidak dibutuhkan.Keanekaragaman yang lebih tinggi
menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah dan polinator yang menguntungkan
b. Sumber Daya Pertambangan
Pertambangan konvesional memiliki dampak negatif yang
tinggi akibat penggunaan metode pertambangan lama. Jika melihat data yang
menunjukkan besarnya kerusakan lingkungan yang disebabkan eksplorasi mineral
dan minyak bumi, metode pertambangan baru yang lebih ramah terhadap lingkungan
perlu dikembangkan. Oleh sebab itu, prinsip ekoefisiensi dapat diterapkan pada
sektor pertambangan.
Pertambangan yang menggunakan prinsip ekoefisiensi menggunakan
perncanaan terpadu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
Selain itu, proses rehabilitasi suatu lahan postmining harus dapat segera mengembalikan daya dukung ekologi pada makhluk hidup. Keselarasan lingkungan dengan proses pertambangan akan menjaga kesimbangan ekosistem alam sekitar
Selain itu, proses rehabilitasi suatu lahan postmining harus dapat segera mengembalikan daya dukung ekologi pada makhluk hidup. Keselarasan lingkungan dengan proses pertambangan akan menjaga kesimbangan ekosistem alam sekitar
c. Sumber Daya Industri
Industri merupakan sektor ekonomi yang sangat penting
bagi pembangunan dan perkembangan ekonomi masyarakat sekitarnya. Namun , dampak
pencemaran industri sangat buruk bagi lingkungan. Polusi udara dan air menjadi
hal yang menakutkan baik bagi makhluk hidup maupun masyarakat sekitar. Prinsip
ekoefisiensi dapat manjadi solusi bagi perkembangan industri tanpa harus
mengorbankan kelestarian alam.
Indutri yang ditata dengan dukungan berbagai ahli dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan secara significan. Tata letak dan
insentif ekonomi yang menarik investor dapat menumbuhkan pusat- pusat industri
yang maju dan terkendali. Pusat industri tersebut dibangun pada lahan yang jauh
dari populasi penduduk dan memiliki sistem pembuangan yang modern.
d. Sumber Daya Pariwisata
Pariwisata dapat dikembangkan beriringan dengan
pelestarian lingkungan. Pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat diwujudkan
dengan mengolah dan mengembangkan potensi alam seperti danau, gunung, laut,
lembah, dan hutan.
Agrowisata
Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan
penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait (misal silo dan kandang) yang
menjadi daya tarik bagi wisatawan. Agrowisata memiliki beragam variasi, seperti
labirin jagung, wisata petik buah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran
di atas laut. Agrowisata merupakan salah satu potensi dalam pengembangan
industri wisata di seluruh dunia.
Di Indonesia, daya tarik wisata sebagian besar masih
berupa wisata bahari dan wisata budaya, sedangkan wisata berbasis perkebunan
masih belum berkembang pesat karena kepemilikannya masih belum banyak. Contoh
agrowisata di Indonesia terdapat di Cinangneng, Tenjolaya, Bogor berupa
pembudidayaan sayur dan buah, wisata kebun salak di Sleman, Yogyakarta, dan
wisata perkebunan teh di Puncak, Bogor.
Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi
alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek
pembelajaran dan pendidikan.
Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif
pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya
dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan,
tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri
Dampak
berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak
terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang
mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Ekowisata dapat dilakukan pada tempat tempat berikut :
a.Cagar Alam
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami. Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Cagar Alam
Pananjung Pangandaran di Jawa Barat, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Cagar
Alam Nusakambangan Timur di Jawa Tengah.
b.Marga Satwa
Suaka margasatwa (Suaka: perlindungan; Marga: turunan;
satwa: hewan) adalah Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat
hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan
serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional.
Pelestarian dapat dilakukan secara sengaja atau alami
untuk menjaga kelangsungan hidup tumbuhan tersebut. Adanya taman nasional dan
cagar alam menjadi media dan sarana bagi pelestarian serta perlindungan jenis
flora dan fauna khas di Indonesia. Melalui adanya upaya konservasi diharapkan
keberadaan flora dan fauna tersebut tetap terjaga dari ambang kepunahan
sehingga kelestarian keanekaragaman hayati flora dan fauna Indonesia tetap
terjaga pada masa yang akan datang.
c. Taman Nasional
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional
didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Saat ini terdapat 50 Taman Nasional di Indonesia, yang
pengelolaannya di bawah Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Enam
diantaranya, nal Gunung Leuser di Sumatera Utara dan Aceh, Taman Nasional
Kerinci Seblat di Jambi dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan, juga di termaksud Situs
Warisan Dunia UNESCO yang tergabung sebagai Warisan Hutan Hujan Tropis
Sumatera.
d.Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan dan pendidikan. Juga sebagai fasilitas yang menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai penunjukkan
kawasan Taman hutan raya, adalah sebagai berikut :
Merupakan kawasan yang memiliki suatu ciri khas
tersendiri, baik asli maupun buatan. Yang mana bisa terdapat pada kawasan yang
ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah
berubah.Memiliki keindahan alam dan atau mempunyai gejala alam, misalnyanya ada
terdapat sumber air panas bumi.
Mempunyai luas yang memungkinkan untuk pembangunan
koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan ataupun bukan asli.Kawasan
Taman hutan raya dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini di Indonesia dikelola
oleh Kementerian Kehutanan R.I. dan dikelola dengan upaya pengawetan
keanekaragaman hayati dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman hutan
raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan
kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial
e.Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam adalah Hutan Wisata yang memiliki
kekayaan alam, baik keindahan nabati, keindahan hewani, maupun keindahan
alamnya sendiri mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
rekreasi dan kebudayaan. Taman Wisata Alam Linggarjati adalah salah satu objek
wisata alam di Kabupaten Kuningan. Linggarjati adalah salah satu tempat titik
awal pendakian ke Gunung Ciremai. Kawasan hutan Linggarjati seluas 11,51 Ha.
Ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 53/Kpts/Um/2/1975 tanggal 17-2-1975.
Kawasan ini merupakan bagian yang terpisah dari kawasan
hutan lindung Gunung Ciremai yang ditetapkan sejak tahun 1924 oleh pemerintah
Belanda. Taman Wisata Alam Linggarjati terletak di Desa Linggarjati Kecamatan
Cilimus Kabupaten Kuningan,secara astronomis terletak di antara 6 derajat 47°’
– 6 derajat 58° LS dan 108 derajat 30° – 108 derajat 30° BT. Di samping
panorama alam yang indah Taman Wisata Alam Linggarjati memiliki hawa yang sejuk
dan segar. Tidak jauh dari lokasi TWA ini juga terdapat bangunan yang bernilai
sejarah, yaitu gedung tempat berlangsungnya perjanjian Linggarjati antara
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang mempunyai daya tarik
tersendiri.
B.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pengertian dan Tujuan Amdal
Lingkungan
hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain,
lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan
dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dan ketersediaan atau sumber-sumber
yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber pertama
dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya.
Untuk
menghindari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh exploitasi sumberdaya
pada proses pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan dilaksanakan
berdasarkan pada sistem analisis mengenai dampak lingkungan yang disingkat
AMDAL.
AMDAL
menurut PP No.27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu proses studi formal yang
dipergunakan untuk memperkirakan dampak terhadap lingkungan oleh adanya atau
oleh rencana kegiatan proyek yang bertujuan memastikan adanya masalah dampak
lingkungan yang perlu dianalisis pada tahap awal perencanaan dan perancangan
proyek sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan. Peraturan tentang
kewajiban membuat AMDAL diatur dalam peraturanperaturan
berikut:
- . UU No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
- . Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
- . Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
- . Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 98 Tahun 1996 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
Berikut
ini 4 hal yang tercakup dalam studi AMDAL.
- . Penyajian informasi lingkungan (PIL) dan analisis dampak lingkungan (Amdal) untuk studi bagi kegiatan yang direncanakan
- . Penyajian evaluasi lingkungan (PEL) dan studi evaluasi lingkungan (SEL) bagi studi untuk kegiatan yang telah berjalan
- . Rencana kelola lingkungan (RKL), studi yang merencanakan pengelolaan dampak kegiatan kepada lingkungannya.
- . Rencana pemantauan lingkungan (RPL), studi pemantauan pengelolaan lingkungan.
- . Kerangka Acuan (KA), kerangka acuan yang memberikan dasar arahan pelaksanaan SEL atau AMDAL dengan merinci hal-hal yang perlu dilaksanakan dan bersifat khusus untuk kegiatan yang telah berjalan atau sedang direncanakan.
Dalam pelaksanaannya yang menjadi tujuan
AMDAL yaitu :
1.
Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2.
Membantu proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3.
Memberi masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantau lingkungan hidup.
4.
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak
yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
5.
Memberikan alternatif solusi minimalisasi
dampak negatif
6.
Digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberi ijin usaha dan/atau kegiatan.
Komponen-Komponen
AMDAL
AMDAL
terdiri atas lima komponen, yaitu sebagai berikut.
a. Studi Pra-Proyek
Studi
pra-proyek dilakukan guna mengukur dan memperkirakan perubahan keadaan
lingkungan. Pengukuran ini dilakukan bedasarkan pada data baik data fisik,
kimia, biologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya.
b. Laporan Penilaian
Laporan
penilaian adalah laporan yang disusun dari hasil studi pra-proyek yang berupa
kemungkinan yang akan terjadi jika proyek tersebut berjalan.
c. Pembuatan Keputusan
Proses
pembuatan keputusan berdasarkan pada laporan penilaian serta hasil prediksi
pengaruh proyek terhadap lingkungan kelak. Namun kenyataan dalam pengambilan
keputusan ini sangat dipengaruhi oleh nuansa
politik.
d. Persetujuan Proyek
Persetujuan
proyek mengandung rekomendasi dari hasil analisis interaksi antara proyek
dengan lingkungan, contohnya adalah proyek dapat disetujui dengan rekomendasi
akan dilakukannya usaha-usaha untuk memperkecil pengaruh negatif terhadap
lingkungan.
e. Pemantauan Proyek
Pemantauan
proyek dilakukan dalam kurun waktu 2-3 tahun, untuk memantau sudahkah proyek
tersebut berjalan sesuai dengan yang direkomendasikan dan disetujui proyek.
Pihak - pihak yang terlibat dalam proses
AMDAL adalah:
a.Komisi Penilai
AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
b.Pemrakarsa,
orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
c.Masyarakat
yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.
PENDEKATAN STUDI
AMDAL
Ada 4 macam pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan AMDAL kegiatan tunggal
Diperuntukkan bagi satu jenis usaha di bawah satu
instansi yang membidangi usaha tersebut. Contohnya pembangunan jalan tol, PLTU,
lapangan golf, masjid agung, rumah sakit, sekolah, dll.
b. Pendekatan AMDAL kegiatan terpadu atau
multisektor
Diperuntukkan bagi jenis usaha yang memilki sistem
terpadu dan melibatkan lebih dari satu instansi yang membidangi usaha tersebut.
Contohnya pembangunan hutan tanaman industri, industri pulp, permukiman
terpadu, dll.
c. Pendekatan AMDAL kegiatan dalam kawasan
Diperuntukkan bagi jenis usaha yang berkokasi di dalam
suatu kawasan zona pengembangan wilayah pada satu hamparan ekosistem. Contohnya
pembangunan kawasan industri, kawasan pariwisata, dll.
d. Pendekatan
AMDAL kegiatan regional
Diperuntukkan bagi jenis usaha yang saling terkait dan
merupakan kewenangan lebih dari satu instansi, wilayah administratif, dan
hamparan ekosistem. Contohnya pembukaan dan pengelolaan gambut sejuta hektar,
reklamasi pantai utara Jawa melibatkan provinsi Jakarta dan Banten.
Langkah-langkah
Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
1. Proses
penapisan (screening) wajib AMDAL
Penapisan
bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting untuk
pemrakarsa untuk dapatmengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena
AMDAL. Hal ini berkenaan dengan rencana anggaran dan waktu. Di Indonesia
penapisan dilakukan dengan daftar positif seperti ditentukan dalam keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Kepmen-11/MENLH/4/1994.
2. Pelingkupan
Pelingkupan
(scoping) ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL, yaitu bagian AMDAL yang
terdiri atas identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak. Pelingkupan ANDAL
nampaknya adalah suatu hal yang lumrah yang tidak perlu dibicarakan. Untuk
dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan identifikasi dampak. Pada tahap
pertama diusahakan untuk mengidentifikasi dampak selengkapnya. Dari semua
dampak yang teridentifikasi ini kemudian ditentukan dampak mana yang penting.
Dampak penting inilah yang dimasukkan ke dalam ruang lingkup studi ANDAL,
sedangkan dampak yang tidak penting dikeluarkan.
3. Kerangka
Acuan
Kerangka
acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL. Kerangka acuan
dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang releven dengan
dampak penting. Dengan KA yang demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus pada
dampak penting. Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan
mengharuskan adanya identifikasi dampak penting maka pemrakarsa haruslah
mempunyai kemampuan untuk melakukan identifikasi dampak penting itu, baik
sendiri ataupun dengan bantuan konsultan
4. ANDAL
Di
dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting yang
teridentifikasi dalam pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian
ANDAL terfokus pada dampak penting saja. Dampak yang tidak penting diabaikan.
Dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan
pentingnya dampak juga menjadi terbatas. Besarnya dampak haruslah diprakirakan
dengan menggunakan metode yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan. Metode
itu mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus dikembangkan atau dimodifikasi
dari metode yang ada. Dalam hal ini diperlukan pakar yang menguasai bidang yang
diliput dalam AMDAL tertentu.
5. Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Dalam
pengelolaan lingkungan pemantauan merupakan komponen yang esensial. diperlukan
sebagai sarana untuk memeriksa apakah persyaratan lingkungan dipatuhi dalam
pelaksanaan proyek. Informasi yang didapatkan dari pemantauan juga berguna
sebagai peringatan dini, baik dalam arti positif maupun negatif, tentang
perubahan lingkungan yang mendekati atau melampaui nilai ambang batas serta
tindakan apa yang perlu diambil. Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang
dibuat dalam ANDAL, sesuai dengan dampak yang terjadi. Karena itu pemantauan
sering juga disebut post-audit dan berguna sebagai masukan
untuk memperbaiki ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan kebijaksanaan
lingkungan.
6. Pelaporan
Pada akhirnya setelah semua pekerjaan itu
selesai ditulislah hasil penelitian dalam laporan. Pada umumnya laporan terdiri
atas tiga bagian, yaitu ringkasan eksekutif, laporan utama, dan lampiran.
Pembagian dalam tiga bagian mempunyai maksud untuk dapat mencapai dua sasaran
kelompok pembaca. Sasaran pertama adalah para pengambil keputusan pada pihak
pemrakarsa (direktur dan direktur utama) maupun pemerintah (direktur, direktur
jenderal, dan menteri) yang berkepentingan dengan proyek tersebut.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
·
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
·
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL)
·
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL)
·
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL)
Tiga
dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu
direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.
MANFAAT AMDAL
Manfaat
AMDAL secara umum adalah menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
agar layak secara lingkungan. Layak secara lingkungan berarti kegiatan
tersebut sesuai dengan peruntukkannya sehingga dampak yang ditimbulkan
dapat ditekan.
a. Manfaat AMDAL khususnya bagi
pemerintah
1) Mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
2) Menghindari konflik dengan masyarakat.
3) Menjaga agar pembangunan sesuai dengan
prinsip pembangunan
berkelanjutan.
4) Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam
pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Manfaat AMDAL bagi pemrakarsa,
1) Menjamin keberlangsungan usaha.
2) Menjadi referensi dalam peminjaman kredit.
3) Interaksi saling menguntungkan dengan
masyarakat sekitar.
4) Sebagai bukti ketaatan hukum.
c. Manfaat AMDAL bagi masyarakat
1) Mengetahui sejak dini dampak dari suatu
kegiatan.
2) Melaksanakan kontrol.
3) Terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
C. Sertifikat Ekolabel dalam Pengendalian Lingkungan
Pengertian
EKOLABEL
Ekolabel
merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, ‘verifiable’ dan
tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barangatau
jasa), komponen atau kemasannya.
Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong
permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong
perbaikan lingkungansecara berkelanjutan. Ekolabel dapat berupa simbol, label
atau pernyataan yang diterakan pada produk atau
kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan,
publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan
dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek
lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Ekolabel dapat dibuat
oleh produsen, importir, distributor, pengusaha ‘retail’atau pihak manapun yang
mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut.
Tujuan
dan Manfaat Ekolabel
Ekolabel
dapat dimanfaatkan untuk mendorong konsumen agar memilih produk-produk yang
memberikan dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. Penerapan ekolabel
oleh para pelaku usaha dapat mendorong
inovasi industri yang berwawasan lingkungan. Selain itu, ekolabel dapat
memberikan citra yang positif bagi ‘brand’ produk maupun perusahaan yang
memproduksi dan/atau mengedarkannya di pasar, yang sekaligus menjadi investasi
bagi peningkatan daya saing di pasar.
Bagi konsumen, manfaat dari penerapan ekolabel adalah konsumen dapat
memperoleh informasi mengenai dampak lingkungan dari produk yang
akandibeli/digunakannya. Karena kepentingan tersebut, konsumenjuga memiliki
kesempatan untuk berperan serta dalam penerapan ekolabel dengan memberikan
masukan dalam pemilihan kategori produk dan kriteria ekolabel. Penyediaan
ekolabel bagi konsumen juga akan meningkatkan kepedulian dan kesadaran konsumen
bahwa pengambilan keputusan dalam pemilihan produk tidak perlu hanya ditentukan
oleh harga dan mutu saja, namun juga oleh faktor pertimbangan lingkungan.
Ukuran keberhasilan ekolabeldapat dilihat dari adanya
perbaikan kualitas lingkungan yang dapat dikaitkan langsung dengan produksi
maupun produk yang telah mendapat ekolabel. Selain itu, tingkat peran serta
dari kalangan pelaku usaha dalam menerapkan ekolabel juga menjadi indikator
penting keberhasilan ekolabel
Prinsip
–Prinsip Ekolabel
Produk
yang diberi ekolabel selayaknya adalah produk yang dalam daur hidupnya mulai
dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan
pembuangan setelah penggunaan,memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil
dibandingkan produk lain yangsejenis. Ekolabel akan memberikan informasi kepada
konsumen mengenai dampak lingkungan yang ada dalam suatu produk tertentu yang
membedakannya dengan produklain yang sejenis.
Lembaga Ekolabel Indonesia ( LEI )
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) adalah
organisasi non-profit yang mengembangkan sistem sertifikasi hutan untuk pengelolaan
sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Untuk menjaga betul kredibilitas hasil sertifikasi maka
proses sertifikasi LEI dibagi menjadi 5 tahapan, yang memisahkan antara proses
pengambilan data dengan proses pengambilan keputusan. Di setiap proses yang
krusial selalu melibatkan stakeholder di dalamnya.
Tahap
1: Mengirimkan aplikasi sertifikasi
Pengiriman aplikasi sertifikasi kepada Lembaga
Sertifikasi yang sudah diakreditasi oleh LEI.
Tahap
2: Pra-penilaian lapangan.
Penilaian atas dokumen pengusahaan hutan, pelingkupan
lapangan, dan rekomendasi dari panel pakar untuk meneruskan atau menghentikan
proses sertifikasi. Rekomendasi untuk meneruskan dapat berupa rekomendasi untuk
menempuh proses sertifikasi bertahap atau langsung ke tahap penilaian lapangan.
Tahap
3: Penilaian Lapangan dan Masukan Publik.
Lembaga Sertifikasi melakukan penilaian lapangan dan
memfasilitasi masukan publik sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
bagi panel pakar.
Tahap
4: Evaluasi Kinerja dan Pengambilan Keputusan Sertifikasi
Panel Pakar mengevaluasi kinerja unit pengelola hutan
berdasarkan dokumen yang dikumpulkan, laporan penilaian lapangan, dan masukan
dari publik. Panel Pakar merumuskan rekomendasi atas evaluasi kinerja unit
pengelola hutan.
Tahap
5: Keputusan Sertifikasi
Lembaga Sertifikasi menetapkan keputusan sertifikasi
untuk diumumkan kepada publik. Lembaga Sertifikasi juga menetapkan periode
penilikan atas unit pengelola hutan yang bersangkutan.
Jika ada keberatan ataupun claim atas keputusan sertifikasi,
keberatan dapat diajukan kepada Lembaga Sertifikasi.Penilaian unit manajemen
dalam sistem sertifikasi LEI -berupa kegiatan audit., pemeriksaan lapangan,
konsultasi publik, dan seluruh proses sertifikasi- dilakukan oleh Lembaga
Sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi dari LEI. Artinya Lembaga Sertifikasi tersebut telah
memiliki kompetensi yang tepat untuk melakukan sertifikasi pengelolaan hutan
lestari menggunakan sistem sertifikasi LEI.
Lembaga
Sertifikasi LEI yang telah mendapatkan akreditasi dari LEI adalah:
1. PT. TUV Rheinland Indonesia
Menara
Karya, 10th floor
JL HR
Rasuna Said Blok X-5 Kav 1-2
Jakarta
12950, INDONESIA
Telp.
021-57944579
Contact
Person: Muhammad Bashcarul Asana
E-mail
: muhammad.asana@idn.tuv.com
Website: www.tuv.com/id
2. PT. Superintending Company of Indonesia
(SUCOFINDO)
Contact
Person : Haris Wicaksono
Graha
Sucofindo 4 th Floor
Jl.
Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta 12780
Tel.
021-7983666, Fax 021-7983888
E-mail
: scisics@indosat.net.id; harisw@sucofindo.co.id
Website
: www.sucofindo.co.id
3. PT. Mutuagung Lestari
Contat
Person : Taufik Margani
Jl.
Raya Bogor No. 19 Km 35,5, Cimanggis Jakarta 16953 Indonesia
Tel.
(021) 8740202, Fax. (021) 87740745-46
E-mail
: sylvace@mutucertification.com
Website
: www.mutucertification.com
4. PT.
SGS Indonesia
Cilandak
Commercial Estate # 108C
Jl.
Raya Cilandak KKO, Jakarta 12560
Tel.
(021) 7818111
Website:
www.sgs.com
Lingkup
peran Lembaga Sertifikasi LEI adalah :
A. Menerima aplikasi sertifikasi dari unit manajemen.
B. Memfasilitasi proses sertifikasi di lapangan sampai
pengambilan keputusan sertifikasi, mulai dari aplikasi, penilaian di lapangan
serta penilikan (surveillance)
C. Memfasilitasi penanganan keberatan atas keputusan
sertifikasi.
D. Menyediakan informasi yang relevan dan aksesnya bagi
publik berkaitan dengan sertifikasi yang
dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi.
E. Mempromosikan sistem sertifikasi LEI.
F. Menjelaskan sistem sertifikasi LEI kepada unit manajemen
yang disertifikasi.
Lembaga Verifikasi Ekolabel
(Swadeklarasi)
Bertepatan
dengan pembukaan Pekan Linkungan Indonesia (PLI) 2010 pada tanggal 3 juni 2010,
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) meluncurkan logo Ekolabel Swadeklarasi
Indonesia. Dalam sambutannya Menteri Negara Lingkungan Hidup menyatakan bahwa:
"perluncuran logo Ekolabel Swadeklarasi Indonesia sejalan dengan
berkembangnya tuntutan “green consumerism” yang mendorong peningkatan iklim
usaha yang ramah lingkungan, kondusif serta mengutamakan prinsip produksi
bersih atau eko-efisiensi. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup."
Selain mengembangkan pelabelan lingkungan multi kriteria
(ekolabel tipe I), saat ini KLH sedang mengembangkan pelabelan lingkungan untuk
klaim lingkungan swadeklarasi (ekolabel tipe II) dengan menggunakan logo yang
ditetapkan oleh KLH. Label atau logo ekolabel swadeklarasi yang ditetapkan oleh
KLH merupakan alternatif klaim lingkungan swadeklarasi yang akan digunakan pada
produknya.
Logo Ekolabel Swadeklarasi Indonesia telah dipatenkan di
Dirjen HAKI dan menjadi hak milik KLH, sehingga jika ingin menggunakan logo
tersebut harus mendapatkan izin dari KLH. Proses pengajuan izin penggunaan logo
tesebut dilakukan oleh pemohon (produsen, importir, distributor, pengecer (retail) perwakilannya, pemilik
merek dagang atau pihak lain yang memenuhi legalitas usaha sesuai ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia) setelah dilakukan verifikasi
terhadap klaim yang diajukan oleh pihak ketiga yang independen.
Selain itu sehubungan dengan meningkatnya kesadaran
produsen dan konsumen dalam memproduksi dan mengkonsumsi produk yang
mempertimbangkan aspek lingkungan, maka timbul inisiatif berbagai pihak untuk menerapkan ekolabel tipe 2 : klaim
lingkungan swadeklarasi pada produk yang dihasilkan dan dikonsumsi. Untuk
mengakomodir inisiatif tersebut dalam rangka memberikan acuan agar tidak
terjadi kesimpang siuran dalam pelaksanaannya, KLH menyusun Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi dengan
tujuan untuk menyediakan pedoman sebagai acuan dalam melakukan klaim aspek
lingkungan swadeklarasi. (THAU).
Tipe – Tipe Ekolabel
Dalam prakteknya, secara garis besar ekolabel terdiri
dari tigatipe berikut:
Ekolabel
tipe 1 : voluntary, multiple criteria based practitionerprograms
Jenis ekolabel yang banyak digunakan
di dunia sampai saat iniadalah ekolabel tipe 1 yang dilaksanakan oleh pihak
ketiga yangindependen. Kriteria pemberian ekolabel padaumumnyabersifat
multi-kriteria, berdasarkan pertimbangan pada dampaklingkungan yang terjadi
sepanjang daur hidup produk. Setelahmelalui proses evaluasi oleh badan
pelaksana ekolabel tipe 1,maka pemohon diberi lisensi untuk mencantumkan logo
ekolabeltertentu pada produk atau kemasan produknya. Keikutsertaanpara pelaku
usaha dalam penerapan ekolabel tipe 1 bersifatsukarela.Secara umum, ekolabel
tipe 1 terdiri dari beberapa tahapsebagai berikut:
•
Pemilihan kategori produk dan jasa
•
Pengembangan dan penetapan kriteria ekolabel
•
Penyiapan mekanisme dan sarana sertifikasi, termasukpengujian, verifikasi dan
evaluasi serta pemberian lisensipenggunaan logo ekolabel
Ekolabel
tipe 2 : self declaration environmental claims
Ekolabel tipe 2 merupakan pernyataan
atau klaim lingkunganyang dibuat sendiri oleh produsen/pelaku usaha
yangbersangkutan. Ekolabel tipe 2 dapat berupa simbol, label ataupernyataan
yang dicantumkan pada produk atau kemasanproduk, atau pada informasi produk,
buletin teknis, iklan,publikasi, pemasaran, media internet, dll. Contoh
pernyataanatau klaim tersebut adalah ‘recyclable’, ‘recycled
material’,‘biodegradable’, ‘CFC-free’, dll.Keabsahan ekolabel tipe 2 sangat
dipengaruhi oleh:
• Metodologi
evaluasi yang jelas, transparan, ilmiah, danterdokumentasi
•
Verifikasi yang memadai
Ekolabel
tipe 3 : quantified product information label
Ekolabel tipe 3 berbasis pada multi-kriteria seperti
padaekolabel tipe 1, namun informasi rinci mengenai nilai pencapaianpada
masing-masing item kriteria disajikan secara kuantitatifdalam label. Evaluasi
pencapaian pada masing-masing itemkriteria tersebut didasarkan pada suatu studi
kajian daur hidupproduk. Dengan penyajian informasi tersebut, konsumendiharapkan
dapat membandingkan kinerja lingkungan olehberbagai produk berdasarkan
informasi pada label danselanjutnya memilih produk berdasarkan item kriteria
yangdirasakan penting oleh masing-masing konsumen.
KAN menawarkan pelayanan akreditasi untuk lembaga sertifikasi ekolabel didasarkan
pada Pedoman KAN 801-2004: Persyaratan Umum untuk Lembaga sertifikasi ekolabel
(selanjutnya disebut LS Ekolabel (LSE)).Skema sertifikasi ekolabel adalah alat
yang efektif untuk menjaga keamanan fungsi lingkungan hidup, kepentingan sosial
dan meningkatkan efisiensi serta daya saing. Oleh karena itu, sinergi dalam
pengelolaan dampak yang telah sesuai dengan siklus produk dapat dicapai. Di
samping itu sertifikasi ini juga diharapkan untuk mendorong permintaan atas
produk-produk ramah lingkungan.
Sertifikasi ekolabel dikembangkan dengan
mengacu ISO 14024, ketentuan hukum yang berlaku UU No 2 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup, UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
konsumen, baku mutu lingkungan, konvensi intemasional dan standar terkait serta
dokumen terkait lainnya.Logo dan skema ekolabel telah diluncurkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan KAN bersamaan dengan hari
lingkungan internasional tanggal 5 Juni 2004 di Jakarta.
Potensi Ekolabel dan Hambatan dalam dunia perdagangan
Banyak pihak menyadari bahwa ekolabel berpotensi menjadi ‘non-tariff trade barriers’ apabila tidak ada pedoman yang disepakati secara internasional. Berbagai organisasi internasional telah membahas isu ini, termasuk UNEP, WTO, UNCTAD, OECD, UNIDO, dan ISO. Di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah muncul berbagai permasalahan dalam perdagangan internasional yang dikaitkan dengan ekolabel. Sebagai contoh: embargo kopi Lampung di Eropa karena isu penanaman kopidi kawasan hutan lindung, pelarangan impor ikan tuna dariIndonesia oleh Amerika Serikat karena isu konservasi penyu, persyaratan ‘oekotex 100’ oleh para pembeli di Eropa untuk produk tekstil, dll.
Sebagai salah satu upaya untuk menghindari penggunaan ekolabel sebagai hambatan dalam perdagangan secara tidak bertanggungjawab, ISO mengembangkan satu seri standar internasional untuk ekolabel, yang menjadi bagian dari standar ISO seri 14000 untuk Manajemen Lingkungan. Pada saat ini, standar ISO untuk ekolabel meliputi:
ISO 14020: Prinsip Umum Ekolabel
ISO 14021: Ekolabel Tipe 2
ISO 14024: Ekolabel Tipe 1
ISO/TR 15025: Ekolabel Tipe 3
banyak cara untuk memanfaatkan sumber daya alam indonesia, mari kita bangun perekonomian indonesia dengan pemanfaatan kekayaan alamnya,
BalasHapuswww.sepatusafetyonline.com
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
HapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
mampir sini gan sis : mahasiswagaluh.blogspot.com
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusmampir sini adik adik, info lebih lengkap www.mahasiswagaluh.blogspot.com
BalasHapusmampir sini adik adik, info lebih lengkap https://www.mahasiswagaluh.blogspot.com/
HapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
youtube - Videosl
BalasHapusyoutube.com Videosl - Videosl: Videosl is the largest Youtube channel. Watch online, share and connect with other people, get free spins, share videos, connect download youtube videos to mp3 with friends, and more